Pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi
karyawan dilihat penjelasaan para ahli?
Untuk menjelaskan pengaruh oraganisasi terhadap
motivasi karyawan saya menggunakan berberapa
pendekatan teori motivasi dari berberapa
ahli,
Menurut Herzberg
(1966),motivasi itu ada
dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan
menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor
motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar
dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan,
kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor
motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk
didalamnya adalah penghargaan,
pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, yang disebut faktor intrinsik.
Berbagai usaha yang
dilakukan oleh manusia tentunya untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya Dalam
memenuhi kebutuhannya seseorang akan berperilaku sesuai dengan motivasi yang dimiliki
dan apa yang mendasari perilakunya.Dan pendorong utama dan pertama bagi
seseorang untuk memasuki organisasi tertentu ialah adanya persepsi dan
harapannya bahwa dengan memasuki organisasi tertentu itu berbagai kepentingan
pribadinya akan terlindungi dan berbagai kebutuhannya akan terpenuhi. Berbagai
kebutuhan, kepentingan dan harapan yang dimiliki oleh individu yang bergabung
dengan organisasi akan berinteraksi dengan budaya organisasi yang menjadi pedoman
bagi anggota organisasi dalam bekerja.
perilaku individu dalam
organisasi merupakan hasil interaksi individu dengan lingkngan organisasi.motivasi
merupakan hasil interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya.
Sikap dan perilaku individu yang terbentuk sebagai hasil interaksi antara
kebutuhan dan kepentingan individu dengan budaya organisasi ini, dipengaruhi
oleh persepsi individu terhadap kemampuan dari budaya organisasi dalam menjamin
terpenuhinya harapan yang dimiliki tersebut pada saat tercapainya tujuan
organisasi. Persepsi yang positif dari individu terhadap organisasi akan
membentuk perilaku kerja positif, dan sebaliknya.
Berbagai teori
motivasi yang ada salah satunya adalah Porter Lawler Model.Persoalan
antara kepuasan kerja dan kinerja muncul sejak adanya gerakan hubungan antar
manusia atau interaksi Porter Lawler menyatakan bahwa proses kognitif dalam
persepsi seseorang memainkan peran yang
sangat penting bahwa hubungan antara kepuasan dan kinerja berhubngan secara
langsung terhadap motivasi seseorang.
persepsi seseorang
sangat berpengaruh pada perilakunya dan perilaku akan sangat berpengaruh pada
motivasinya, dan pemberian motivasi hanya akan efektif apabila dalam diri
individu yang digerakkan itu terdapat keyakinan bahwa dengan tercapainya tujuan
dan berbagai sasaran organisasi maka tujuan
pribadipun akan ikut pula tercapai. Perilaku kerja positif adalah perilaku yang
mendorong tercapainya tujuan dan sasaran organsasi dengan tingkat efisiensi,
efektifitas dan produktifitas yang sangat tinggi antara lain berkat loyalitas,
dedikasi, pengarahan, kemampuan, pemanfaatan keterampilan penggunaan sarana dan
prasarana secara baik, interaksi positif antara seseorang dengan orang lain,
kesediaan membawahkan kepentingan pribadi yang mungkin egosentris kepada
kepentingan organisasi sebagai keseluruhan, kesediaan melakukan penyesuaian,
persepsi yang tepat mengenai apa yang diinginkan oleh organisasi daripada
anggotanya serta menyelesaikan konflik yang mungkin timbul atas dasar
kepentingan bersama. Sedangkan perilaku kerja negatif adalah perilaku yang
diarahkan kepada kepentingan diri sendiri serta faktor ketidakmampuan
menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepadanya”